Ritual Adat Ta Ipa Dalam Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. di Kecamatan Patani. Meletakkan Adat, Dalam Atoran & Adab. Dalam sejarah tutur tua – tua kampung (Kipai & Wailegi) Ta Ipa atau yang lazimnya lebih dikenal dengan sebutan Coka Iba, adalah ritual dan tradisi yg dilaksanakan bertepatan dengan tanggal kelahiran nabi Muhammad SAW, yg bertujuan untuk memperingati hari kelahiran nabi.
Awal mula, Ta Ipa (Bahasa Patani yg berarti Bukan Dia) dibawah oleh salah satu ulama yg datang ke negri Fagogoru, untuk menyiarkan ajaran yg dibawah Oleh Nabi Muhammad SAW. Jika Para Wali Songo menggunakan wayang dalam men – syiarkan ajaran Islam, ulama yg datang ke negri Fagogoru (Weda, Patani, Maba), menggunakan Ta Ipa Sebagai media untuk menjelaskan kepada masyarakat, bahwa berhala – berhala adalah bukan Tuhan (Bukan DIA) yg maha kuasa, Melainkan Allah SWT adalah Tuhan Seru Sekalian Alam.
Dalam perkembangannya, syiar keagamaan ini kemudian dilanjutkan oleh ketiga putranya (Datuk Dari Weda, Patani, & Maba) yakni Borfa (Rajonan Satrio) diwilayah Obon (Maba), Bornabi (Rajonan Ka Surau) didaerah Poton (Patani), Bortango (Su Da Rajo/ Su Ta Rajo) diwilayah Were (Weda).
Bermula ketika ketiga anak tersebut berkumpul kembali setelah setahun menetap dan menyiarkan syiar Islam diwilayah masing – masing, pada saat berjumpa ulang dibulan Rabiul Awal, sesuai dengan perjanjian yg disepakati oleh ketiganya, bahwa dibulan kelahiran nabi, mereka bertiga harus bertemu kembali untuk bersilaturahim, pula digunakan untuk melaporkan & mengevaluasi perkembangan syiar keislaman mereka dimasing – masing wilayahnya, juga yang lebih utama, adalah untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, secara bersama – sama.Ketika tiba saatnya dibulan Rabiul Awal, ketiganya lalu menunaikan sumpah janji mereka.
Perayaan Maulid Pada Saat tersebut (Masih Menurut Lisan Tua – Tua Kampung), biasanya dimulai dari tanggal 1 bulan dilangit pada bulan Rabiul Awal hingga berpuncak pada tanggal 12 Rabiul Awal. Dari tanggal 1, dibacakan dzikir maupun saut, kabata, denge dan kleley yg mengisahkan riwayat Sang Nabi, juga disertai dengan tabuhan rebana sebagai alat untuk mengiringi dzikir, saut, kabata, denge dan kleley dalam mengagungkan hari kelahiran Nabi hingga berpuncak pada malam 12 Rabiul awal.
Sementara untum Tradisi Ta Ipa, dilaksanakan tepat pada malam 12 Rabiul Awal. Ta Ipa Sendiri, Oleh Weda Disebut Sebagai Cogo Ipa (Bukan Dia), sedangkan Maba Menyebutkannya Dengan Sebutan Ipa Ce / Mef (Bukan Dia).
Hal tersebut didasari atas sejarah awalnya. Yakni ketika tiba pada malam puncak perayaan maulid nabi, ketiganya memerintahkan kepada para rombongan mereka saat itu untuk menggunakan dan memeragakan topeng tersebut yg diiringi dengan tabuhan rebana serta lantunan dzikir, pada saat tiba pelepasan, orang yg kemudian menggunakan topeng topeng tersebut, tak lagi dapat dikenali lagi, maka munculnya tanda tanya pada ketiganya, dengan saling menyahutkan ucapan, bukan dia dalam dialeg dan bahasa mereka masing – masing.Dari Ta Ipa, Cogo Ipa, dan Ipa Ce, setelah wilayah Fagogoru diminta untuk bersama – sama kesultanan Tidore dalam menumpas misi zionisme, dimasa sultan Jamaluddin, kemudian disatukan penamaan tersebut menjadi nama Coka Iba, yang hingga saat ini lebih dikenal luas dikalangan masyarakat Maluku Utara, Menurut masyarakat Poton (Patani) Ta Ipa memiliki 4 Jenis dengan jumlah yg telah ditentukan, yakni : 1. Ta Ipa Yay (Coka Iba Kayu) sebanyak 7 orang 2.Ta Ipa Gof (Coka Iba Bambu) 4 pasangan 3.Ta Ipa Iripala (Coka Iba Pelapah Pohon Sagu) 44 pasangan 4.Ta Ipa Nok (Coka Iba Tanah) 2 orang. Jika ditotalkan, berjumlah 99 yang disesuaikan dengan Jumlah Asmaul Husna.
Sementra untuk 4 jenis tersebut membawahi 4 Anasir dari proses penciptaan manusia. Yakni Ta Ipa Yay pada Anasir Api, Ta Ipa Gof Unsur Angin, Ta Ipa Iripala membawahi Unsur Air, Dan Ta Ipa Nok Membawahi Unsur Tanah.Empat jenis Ta Ipa tersebut, pun dalam cara berpakaiannya, juga memiliki ciri khas tersendiri, sesuai dengan pakaian adat dari negri Poton.
Sementara untuk atas dari kepala Ta Ipa sendiri, hanya untuk Ta Ipa Iripala, dengan menampilkan berbagai bentuk isi bumi.Ta Ipa Poton, pun dalam mengawali atraksinya, biasanya ketika lantunan dzikir yg dilangsungkan oleh masyarakat dimesjid telah dimulai (usai ba’sa Isya), maka disaat itu pula jenis Ta Ipa dengan berpaikan putih – putih (Lalo – lalo) kemudian dimunculkan untuk beraktraksi dari Mesjid Desa Wailegi Hingga Ke Mesjid Desa Kipai, sebagai penanda bahwa cahaya atau sosok Rahmatan Lil Aalamin tak lama lagi akan segera ada.
Setelah pertengahan dzikir yang disebut oleh masyarakat Poton sebagai Waktu Asrakal atau waktu beristirahat (dikisaran jam 02.00 Wit) untuk sekedar menyantap sajian ala kadar yg telah disediakan oleh mama – mama Poton, lalu dilanjutkan kembali dzikir dan bacaan riwayat nabi, maka disaat itu pula, 4 jenis Ta Ipa, mulai menampakkan diri mereka hingga tiba dimana Tetuah Adat (Wlon/Kepala Pemerintahan dimasa itu) Mengatur, Lalu Memilih 1 diantara Jenis Ta Ipa Yay (Coka Iba Yay) sebagai kepala dari 4 jenis Coka Iba Tersebut untuk dilepas selama 3 Hari (Apabila Fanten tidak dilaksanakan) untuk menegur masyarakat, disiang hari, Pabila mereka tidak melaksanakan kewajiban agama. Begitupun dengan Ta IPA Iripala (Coka Iba Iripala) Pun ditunjuk Satu Pasangan yang dianggap lengkap dalam cara berpakaian (kimon putih, Juba, salaka, Buka Re Sirap, Piypoy), serta memiliki jenis atas kepala yg baik, juga dipilih untuk menempati urutan pertama pada barisan 44 pasangan sebagai kepala dari jenis Ta Ipa tersebut.Ketika semuanya telah diatur secara rapi dan keterpilihan jenis Ta Ipa yg menjadi kepala dari 4 Ta IPA, Tetuah Adat lalu mengambil sebilah rotan yang sedari awal telah ditaruh di atas meja bacaan dzikir yg dimulai dari ba’da Isya Hingga Usai Subuh tadi, untuk selanjutnya digunakan memukul Ta IPA Yay yang telah dipilih sebanyak 3 kali, sembari membacakan Shalawat atas nabi, yg disertai dengan doa agar negri terhindar dari segala marah bahaya. Yakni Setan Soe Salale Na Langatli, fpolonmewna Langatli, setan Soe Salale Na lolosli, fpolonmewna lolosli, setan Soe Salale Na Olot Li, fpolonmewna olotni, setan Soe Salale Na ngolo Li, fpolonmewna ngololi, setan Soe Salale Na gyatalli, fpolonmewna gyatalli. Fimnyangasna Masyarik re Magharib.
Setlah dilepas, Ta Ipa kemudian beraktraksi berkeliling Dari Desa Wailegi (Mesjid Desa Wailegi) Hingga Ke Ujung Desa Kipai (Jere Pete/Makam Jere Ramdan) sebanyak 3 Kali Putaran, barulah dapat membubarkan diri ke masing – masing rumah.
Sebagai aturan tambahan : Ta Ipa Tidak Boleh Melepas Topengnya, selama berada di luar rumah, tidak Memukul orang yg smentara telah berada di dalam rumah, memakai pakaian seragam/dinas, yg dewasa tak boleh memikul yg kecil, begitupun yg kecil tak boleh memukul yg dewasa, wanita hamil, maupun mereka yg sedang berada diatas kendaraan dan yg terakhir adalah orang yg sedang dalam perjalanan beribadah. Sementra untuk batasan waktunya dimulai sejak matahari terbit, hingga terbenamnya Matahari.
Oleh Kakanda Jhunet Ohorella
PemudaWailegi